Selasa, 28 Maret 2017

Solution Focus Brief Counseling

SFBC (Solution Focus Brief Counseling)



  1. NAMA PENDEKATAN
Nama pendekatan konseling ini adalah Solution Focus Brief Counseling. Konseling ini selanjutnya disingkat SFBC,  adalah suatu konseling singkat yang dibangun atas potensi konseli yang sebenarnya mampu mengkonstruksi solusi dari masalahnya.

  1. SEJARAH PERKEMBANGAN
SFBC merupakan salah satu teknik konseling pendekatan postmodern. Tumbuh dari orientasi terapi strategis di lembaga penelitian jiwa, SFBC menggeser fokus dari penyelesaian masalah untuk fokus pada solusi lengkap.
Steve de Shazer dan Insoo Kim Berg memulai pergeseran ini di pusat terapi singkat di Milwaukee pada akhir tahun 1970an. Setelah tumbuh tidak puas dengan kendala dari model strategis, pada tahun 1980an de Shazer berkolaborasi dengan sejumlah terapis, termasuk Eve Lipchik, John Walter, Jane Peller, Michelle Weiner-Davis, dan Bill O’Hanlon, yang masing-masing menulis secara ekstensif tentang SFBC dan memulai SFBC di lembaga pelatihan  mereka. Baik O’Hanlon dan Weiner-Davis terpengaruh oleh karya asli de Shazer, namun mereka memperluas dasar ini dan menciptakan apa yang mereka sebut Solution – Oriented therapy. Dalam  bab ini ketika didiskusikan solution-focused brief therapy, solution-focused therapy, dan solution-oriented therapy, lebih difokuskan pada kesamaan pendekatan ini daripada melihat perbedaannya.
Dua pendiri utama SFBC yaitu INSOO KIM BERG : Sebagai Direktur exsekutif, pusat terapi keluarga yang singkat di Milwaukee. Sebagai pimpinan oretician dalam Pemusatan solusi terapi singkat (Solution Focused Brief Therapy (SFBT). Dia menyediakan tempat kerja yang dipersatukan, Japan, Korea Utara, Australia, Denmark, Inggris dan Jerman. Hasil tulisannya adalah jasa keluarga yang didasarkan: Pusat pendekatan solusi (1994), bekerja dengan masalah-masalah pemabuk (1992), Pusat Pendekat solusi (1992), dan Interviewing solution (2002).
STEVE DE SHAZER : salah satu pelopor (SFBT) Senior perkumpulan penelitian di Milwaukee, pengarang buku solusi terapi singkat SFBT (1985), petunjuk-petunjuk mempelajari (SFBT) (1988), meletakan perbedaan untuk bekerja (1991), awalnya kata sihir (1994). Dia mempresentasikan melalui tempat-tempat kerja, pelatihan, dan meluas sebagai konsultan di Amerika utara, Eropah, Australia, dan Asia untuk pengembangan teori dan solusi-solusi praktek.
SFBC berbeda dengan dari terapi tradisional dengan mengulas masa lalu dalam mendukung baik saat ini maupun masa depan. Konselor fokus pada apa yang mungkin, dan mereka kurang tertarik dalam  mengeksplorasi masalah. De Shazer mengatakan bahwa tidak perlu mengetahui penyebab masalah untuk menyelesaikannya dan tidak perlu menghubungkan antara penyebab masalah denga solusi. Pengumpulan informasi mengenai masalah tidak dibutuhkan dalam mengubah hal yang terjadi.
Jika mengetahui dan memahami masalah itu tidak penting, maka selanjtnya adalah mencari solusi yang benar. Setiap orang mungkin mempertimbangkan banyak solusi, dan apa yang benar bagi seseorang bisa jadi tidak benar menurut orang lain. dalam SFBC, konseli memilih tujuan  penyelesaian yang mereka harapkan, dan sedikit perhatian dalam memberikan diagnosis, pembicaraan masa lalu, atau eksplorasi masalah.
SFBC dibangun atas dasar asumsi optimis bahwa setiap manusia adalah sehat dan kompeten serta memiliki kemampuan dalam mengkonstruk solusi yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya dengan optimal. Asumsi pokok dalam SFBC ini bahwa kita memiliki kemampuan untuk mengatasi tantangan hidup, walaupun kadang-kadang kita mungkin kehilangan arah atau kesadaran tentang kemampuan kita. Tanpa memperhatikan apa yang dibentuk konseli ketika mereka memulai konseling, Berg percaya konseli kompeten dan tugas konselor adalah untuk membantu konseli mengenali kompetensi yang mereka miliki. Esensi dari konseling ini adalah melibatkan konseli dalam membangun harapan dan optimis dengan membuat ekspektasi positif dalam kemungkinan perubahan. SFBC adalah pendekatan non patologis yang menekankan kompetensi dari pada kekurangan, dan kekuatan dari pada kelemahan. Model SFBC membutuhkan sikap filosofis dalam  menerima konseli dimana mereka dibantu dalam membuat solusi. O’ Hanlon mendeskripsikan  orientasi positif : “ menumbuhkan solusi – meningkatkan kehidupan manusia dari pada fokus  pada bagian-bagian patologi masalah dan perubahan menakjubkan dapat terjadi sangat cepat”. Karena konseli sering datang ke konseling dengan  pernyataan “ orientasi masalah”, bahkan sedikit solusi yang mereka pertimbangkan bersampul dalam kekuatan orientasi masalah. Konseli sering memiliki cerita yang berakar dalam sebuah pandangan yang menentukan apa yang terjadi di masa lalu pasti akan membentuk masa depan mereka. Konselor SFBC menentang pernyataan konseli dengan percakapan optimis yang menyoroti keyakinan mereka dalam pencapaian , menggunakan tujuan dari berbagai sudut. Konselor dapat menjadi penolong dalam  membantu konseli membuat pergeseran dari pernyataan masalah ke kondisi dengan kemungkinan-kemungkinan baru.  Konselor dapat mendorong dan menantang konseli untuk menulis cerita yang berbeda yang dapat menyebabkan akhir yang baru.

  1. HAKIKAT MANUSIA
Konseling berfokus solusi tidak mempunyai pandangan komprehensif tentang sifat manusia, tetapi berfokus pada kekuatan dan kesehatan konseli. Konseling berfokus solusi menganggap manusia bersifat konstruktivis. Sehingga, konseling berfokus solusi didasarkan pada asumsi bahwa manusia benar-benar ingin berubah dan perubahan tersebut tidak terelakkan.





  1. PERKEMBANGAN PERILAKU
1.      STRUKTUR KEPRIBADIAN
Struktur  kepribadian manusia berdasarkan teori SFBC adalah sebagai berikut:
a.       SFBC tidak menggunakan teori kepribadian dan psikopatologi yang ada saat ini
b.      Konselor tidak bisa memahami secara pasti tentang penyebab masalah individu
c.       Konselor perlu tahu apa yang membuat orang memasuki masa depan yang lebih baik dan sehat, yaitu tujuan yang lebih baik dan sehat
d.      Individu tidak bisa mengubah masa lalu, tetapi bisa mengubah tujuannya
e.       Tujuan yang lebih baik dapat mengatasi masalah dan mengantarkan masa depan yang lebih produktif
f.       Konselor perlu mengetahui karakteristik tujuan konseling yang baik dan produktif, proses positif, saat ini, praktis, spesifik, kendali konseli dan bahasa konseli
g.      Sebagai ganti teori kepribadian dan psikopatologi, masalah dan masa lalu, SFBC berfokus pada saat ini yang dipandu oleh tujuan positif  yang spesifik yang dibangun berdasarkan bahasa konseli dan dibawah kendalinya.

2.      PRIBADI SEHAT DAN BERMASALAH
Pribadi sehat berdasarkan teori SFBC adalah:
a.       Manusia pada dasarnya kompeten, memiliki kapasitas untuk membangun, merancang/ merekonstruksikan solusi-solusi sehingga mampu menyelesaikan masalahnya
b.      Tidak berkutat pada masalah, tetapi fokus pada solusi dan bertindak mewujudkan solusi yang diinginkan



Pribadi bermasalah menurut SFBC adalah:
a.       Mengkonstruk kelemahan diri. Dengan cara mengkonstruk cerita yang diberi label “masalah” dan meyakini bahwa ketidakbahagiaan berpangkal pada dirinya.
b.      Berkutat pada masalah dan merasa tidak mampu  menggunakan solusi yang dibuatnya.

  1. HAKIKAT KONSELING
Walter dan Peller berpikir mengenai konseling berfokus solusi sebagai model yang menerangkan bagaimana orang berubah dan bagaimana mereka dapat meraih tujuan mereka. Berikut ini beberapa asumsi dasar SFBC:
1.      Individu-individu yang datang konseling telah mempunyai kemampuan berperilaku efektif, meskipun keefektifan tersebut mungkin untuk sementara terhambat oleh pikiran negatif. Pikiran berfokus masalah mencegah orang dari mengenali cara efektif mereka dalam menangani masalah
2.      Ada  keuntungan untuk fokus positif pada solusi dan di masa depan. Jika konseli dapat mereorientasi diri mereka dengan mengarahkan kekuatan mereka menggunakan “ solution –talk” , merupakan suatu kesempatan bagus dalam konseling singkat
3.      Proses konseling diorientasikan pada peningkatan kesadaran eksepsi (harapan-harapan yang  menyenangkan) terhadap pola masalah yang dialami dan pemilihan proses perubahan
4.      Konseli sering mengatakan satu sisi dari diri mereka. SFBC mengajak konseli untuk memerika sisi lain dari cerita hidupnya yang disampaikan.
5.      Perubahan kecil membuka jalan bagi perubahan besar. Seringkali, perubahan kecil adalah semua yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang dibawa konseli ke konseling
6.      Konseli ingin berubah, memiliki kemampuan untuk berubah, dan melakukan yang terbaik untuk membuat perubahan terjadi. Konseli harus mengambil sikap kooperatif dengan konseli daripada merancang strategi sendiri untuk mengendalikan  hambatan. Ketika konselo mencari cara untuk kooperatif dengan konseli, maka perlawanan/ resistensi tidak akan terjadi.
7.      Konseli bisa percaya pada niat mereka untuk menyelesaikan masalah mereka. Tidak ada solusi yang “benar” untuk masalah spesifik yang dapat diaplikasikan pada semua orang. Setiap individu unik dan begitu juga pada setiap penyelesaian masalahnya.

  1. KONDISI PENGUBAHAN
Bertolino dan O’Hanlon  menekankan pentingnya membuat kolaborasi  hubungan terapeutik  dan  perlu dilakukan untuk keberhasilan konseling. Diakui bahwa konselor memiliki keahlian dalam  menciptakan konteks untuk perubahan, mereka menekankan bahwa konseli adalah ahli dalam kehidupan mereka dan sering memiliki perasaan yang bagus tentang apa yang harus dan tidak harus dilakukan di masa lalu dan begitu juga apa yang mungkin dilakukan di masa depan. SFBC mengasumsikan  pendekatan kolaboratif dengan konseli berbeda dengan sikap edukatif yang biasanya dikaitkan dengan model terapi tradisional. Jika konseli terlibat dalam proses terapeutik dari awal sampai akhir, perubahan  meningkat sehingga konseling akan sangat berhasil. Singkatnya, hubungan kolaborasi dan kooperatif  cenderung lebih efektif dari pada hubungan hierarki dalam konseling.

1.      TUJUAN
SFBC menawarkan beberapa bentuk tujuan:
-          Mengubah cara pandang situasi atau kerangka pikir
-          Mengubah situasi masalah dan menekankan pada kekuatan dan sumber daya konseli
-          Konseli didorong untuk terlibat dalam perubahan atau “ solution talk”, dari pada “problem talk” dengan asumsi bahwa apa yang dibicarakan adalah sebagian besar apa yang akan dihasilkan
-          Berbicara tentang perubahan dapat menghasilkan perubahan. Secepat individu belajar untuk berbicara dalam  istilah kemampuan  dan  kompetensi mereka, apa sumber daya dan kekuatan yang mereka miliki, dan apa yang siap mereka lakukan  dan mengerjakannya, mereka dapat mencapai hal utama dalam konseling.

2.      SIKAP, PERAN DAN TUGAS KONSELOR
-          Mengidentifikasi dan memandu konseli mengeksplorasi kekuatan-kekuatan dan kompetensi yang dimiliki konseli
-          Membantu konseli mengenali dan membangun perkecualian-perkecualian pada masalah, yaitu saat-saat ketika konseli telah melakukan (memikirkan, merasakan) sesuatu yang mengurangi atau membatasi dampak masalah
-          Melibatkan konseli untuk berpikir tentang masa depan mereka dan apa yang mereka inginkan yang berbeda di masa depan
-          Konselor mengambil posisi “ tidak mengetahui” untuk meletakkan konseli pada posisi sebagai ahli mengenai kehidupan mereka sendiri. Konselor tidak mengasumsikan diri sebagai ahli yang mengetahui tindakan dan pengalaman konseli
-          Membantu konseli dalam mengarahkan perubahan tetapi tidak mendikte konseli apa yang ingin diubah
-          Konselor berusaha membentuk hubungan yang kolaboratif dan menciptakan suatu iklim yang respek, saling menghargai dan membangun suatu dialog yang bisa menggali konseli untuk mengembangkan kisah-kisah yang mereka pahami dan hayati dalam kehidupan mereka
-          Konsisten dalam membantu konseli berimajinasi bagaimana mereka menginginkan hal yang berbeda dan apa yang akan dilakukan untuk membawa perubahan tersebut terjadi dengan menanyakan “ apa yang Anda inginkan dari datang kesini?”, “apa yang akan membuat perbedaan untukmu?” dan “ apa kemungkinan-kemungkinan yang Anda tandai bahwa perubahan yang Anda inginkan terjadi?.

3.      SIKAP, PERAN DAN TUGAS KONSELI
-          Mau dan mampu berkolaborasi dengan konselor
-          Aktif terlibat dalam  proses konseling
-          Memiliki motivasi untuk menyelesaikan masalah

  1. MEKANISME PENGUBAHAN
1.      TAHAP-TAHAP KONSELING
a.      Establishing rapport. Yaitu pembentukan hubungan baik agar proses konseling berjalan lancar seperti yang diharapkan. Agar tercipta iklim yang kolaboratif antara konselor dengan konseli.
b.      Identifying a solvable complaint. Yaitu mengidentifikasi keluhan-keluhan yang akan dipecahkan.
c.       Establishing goals atau menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam proses konseling.
d.      Deigning an intervention atau merancang intervensi
e.       Strategic task  that promote change. Yaitu tugas tertentu yang diberikan oleh konselor untuk mendorong perubahan. Misalnya dengan meminta konseli untuk mengamati  dengan mengatakan:” antara sekarang dan waktu mendatang kita bertemu, saya meminta anda untuk mengamati, sehingga Anda dapat menggambarkan pada saya pada pertemuan mendatang, apa yang terjadi di kehidupan Anda yang Anda inginkan terjadi secara berkelanjutan”.  Penugasan tersebut mendorong konseli bahwa perubahan yang diinginkan pasti terjadi dan tidak terelakkan. Hal tersebut sangat penting dipahami sebelum mereka memulai merancang perubahan.
f.        Identifying & emphazing new behavior & changes. Yaitu mengidentifikasi dan menguatkan perilaku baru dan perubahan.
g.      Stabilization atau stabilisasi
h.      Termination. Pada tahap terminasi, ciri-ciri pertanyaan yang diajukan konselor untuk mengidentifikasi keberhasilan knseling yaitu: “ apa hal berbeda yang diperlukan dalam hidup Anda yang dihasilkan dengan datang kemari sehingga Anda mengatakan bahwa pertemuan kita bermanfaat?”, dan “ ketika masalah Anda teratasi, hal berbeda apa yang akan Anda lakukan?”.

2.      TEKNIK-TEKNIK KONSELING
·         Exeption-Finding Questions : Pertanyaan tentang saat-saat dimana konseli bebas dari masalah. SFBT didasarkan pada gagasan dimana ada saat-saat dalam hidup konseli ketika masalah yang mereka identifikasi tidak bermasalah. Waktu tersebut disebut pengecualian dan disebut “ news of difference”. Konselor SFBC mengajukan ask exeption question untuk menempatkan konseli pada waktu-waktu ketika tidak ada masalah, atau ketika masalah yang ada tidak kuat. Pengecualian merupakan pengalaman hidup konseli di masa lalu ketika dimungkinkan  masalah tersebut masuk akal terjadi, tetapi entah bagaimana hal itu tidak terjadi. Dengan membantu konseli mengidentifikasi dan memeriksa pengecualian tersebut kemungkinan meningkatkan mereka dalam bekerja menuju solusi. Eksplorasi ini mengingatkan konseli bahwa masalah tidak selalu kuat dan  ada selamanya; juga menyediakan kesempatan untuk meningkatkan sumberdaya, melibatkan kekuatan, dan  menempatkan solusi yang mungkin. Konselor menanyakan pada konseli apa yang harus dilakukan agar pengecualian ini lebih sering terjadi. Dalam istilah SFBC, hal ini disebut “change-talk”.
  Miracle Questions : Pertanyaan yang mengarahkan konseli berimajinasi apa yang akan terjadi jika suatu masalah dialami secara ajaib terselesaikan. Konselor menanyakan “ jika suatu keajaiban terjadi dan masalah Anda terpecahkan dalam waktu semalam, bagaimana Anda tahu bahwa masalah tersebut terselesaikan, dan apa yang akan berbeda?”. Konseli kemudian terdorong untuk menegaskan apa yang mereka inginkan agar merasa lebih percaya diri dan aman, konselor bisa mengatakan: “ biarkan dirimu berimajinasi bahwa kamu meninggalkan kantor hari ini dan kamu dalam  rel untuk bertindak lebih percaya diri dan aman. Hal berbeda apa yang akan kamu lakukan?”. Mengubah hal yang dilakukann dan cara pandang terhadap masalah  mengubah masalah tersebut. Meminta konseli untuk mempertimbangkan keajaiban tersebut dapat membuka celah kemungkinan di masa depan. Konseli didorong untuk mengikuti mimpinya sebagai cara dalam mengidentifikasi perubahan apa saja yang paling ingin mereka lihat. Pertanyaan ini memiliki fokus masa depan bahwa konseli dapat mulai  mempertimbangkan hal yang berbeda dalam hidupnya yang tidak didominasi oleh masalah tertentu. Intervensi ini menggeser penekanan  dari masa lalu dan masalah saat ini menuju kehidupan yang lebih memuaskan di masa depan.
  Scaling Questions : Pertanyaan yang meminta konseli menilai kondisi dirinya (masalah, pencapaian tujuan) berdasarkan skala 1-10. Konselor SFBC juga menggunakan teknik ini ketika mengubah pengalaman konseli yang tidak mudah diobservasi, seperti perasaan, keinginan atau komunikasi. Sebagai contoh, seorang perempuan mengatakan bahwa dia merasa panik atau cemas, bisa ditanyakan:” pada skala 0-10, dengan 0 adalah apa yang Anda rasakan ketika Anda pertama kali datang konseling dan 10 sebagai perasaan Anda hari ini setelah keajaiban terjadi dan  masalah Anda teratasi, bagaimana Anda menyatakan  skala kecemasan Anda sekarang?”. Bahkan jika konseli hanya berkembang dari 0 ke 1, dia telah berkembang. Bagaimana dia melakukan itu? Apa yang dia perlukan untuk meningkatkan skala? Pertanyaan skala memungkinkan konseli untuk lebih memperhatikan apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka dapat mengambil langkah yang akan memandu perubahan yang mereka inginkan.
  Coping Questions : Pertanyaan yang meminta konseli mengemukakan pengalaman sukses dalam menangani masalah yang dihadapi.
  Compliments : Pesan tertulis yang dirancang untuk memuji konseli atas kelebihan, kemajuan, dan karakteristik positif bagi pencapaian tujuannya. 

  1. HASIL-HASIL PENELITIAN
Penelitian SFBC telah dilakukan oleh Mulawarman dengan judul Penerapan SFBT untuk meningkatkan harga diri siswa (self esteem) suatu embedded experimental design. Hasil penelitian dilihat dari hasil secara kuantitatif ditemukan perbedaan tingkat self esteem siswa sebelum mendapatkan intervensi SFBT dengan menggunakan Wilcoxon signed rank test, dimana nilai tersebut adalah 2, 207. Pada sisi kualitatif dengan berdasarkan pada hasil analisis percakapan ditemukan bahwa harga diri rendah berubah menjadi harga diri tinggi.

  1. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
1.      KELEBIHAN
a.       Pendekatan  ini menekankan pada singkatnya waktu konseling
b.      Pendekatan ini fleksibel dan mempunyai banyak riset yang membuktikan keefektifannya
c.       Pendekatan ini bersifat positif untuk digunakan dengan konseli yang berbeda-beda. Maksudnya, teori konseing ini didasarkan pada asumsi optimis bahwa setiap manusia adalah sehat dan kompeten serta memiliki kemampuan dalam mengkonstruk solusi dalam meningkatkan kualitas hidup mereka dengan optimal.
d.      Pendekatan ini difokuskan pada perubahan dan dasar pemikiran yang menekankan perubahan kecil pada tingkah laku
e.       Pendekatan ini dapat dikombinasikan dengan pendekatan konseling lainnya
2.      KELEMAHAN
a.       Pendekatan ini hampir tidak memperhatikan riwayat konseli
b.      Pendekatan ini kurang memfokuskan pencerahan
c.       Pendekatan  ini menggunakan tim, setidaknya beberapa praktisi, sehingga membuat perawatan ini mahal

  1. SUMBER RUJUKAN
Corey, Gerald. 2009.Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy Eigh Edition. USA: Thomson Higher education
Palmer, Stephen. 2011.  Introduction to Counselling and Psychotherapy (terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Gladding, Samuel T. 2012. Counseling a Comprehensive Profession, sixth edition (terjemahan). Jakarta Barat: PT Indeks

REALITY THERAPY

REALITY THERAPY


      A.    Nama Pendekatan
Reality Therapy
      B.     Sejarah Perkembangan

William Glasser lahir pada tahun 1925 di Cleveland,ohio. Glasser belajar teknik kimia di Case Western Reserve University di Cleveland, kemudian Glasser beralih ke Psikologi (MA, Psikologi Klinis, 1948) dan kemudian ke psikiatri. Glasser kemudian menyelesaikan pelatihan psikiatri di Veterans Administration dan UCLA Los Angeles.
Pada tahun 1946 Glasser menikahi Naomi Flasser. Pada tahun 1992 Naomi meninggal dunia karena penyakit kanker. Glasser tidak menganggap dirinya seorang bujangan yang baik dan pencariannya yang cukup sulit untuk mendapatkan pengganti pasangan hidup akhirnya mempertemukannya dengan Carleen Glasser,dan akhirnya menikahi dan mendapatkan kebahagiaan bersama istri keduanya.  Carleen Glasser merupakan seorang instruktur senior di William Glasser Institute.
Glasser menolak model Freudian, yang disebabkan psikiatri psikoanalitik. Terapi realitas muncul dari ketidakpuasan Glasser dengan psikiatri psikoanalitik seperti yang diajarkan selama pelatihannya. Glasser berfikir bahwa ada tekanan yang terlalu besar pada perasaan dan riwayat masa lalu konseli dan tidak ada penekanan yang cukup pada apa yang dilakukan konseli. Di awal kariernya, Glassermerupakan seorang psikiater di Ventura sekolah untuk anak perempuan, penjara dan sekolah yang dioperasikan oleh otoritas california pemuda, Glasser menjadi yakin bahwa pelatihan psikoanalitik nya terbatas kegunaan di penyuluhan anak-anak muda. Melalui pengamatan ini, Glasser berpikir lebih baik untuk berbicara dengan bagian konseli yang sehat, bukan sisi terganggu mereka. Glasser juga berpengaruh oleh G. L. Harrington, seorang psikiater dan mentor. Harrington percaya mendapatkan pasien yang terlibat dalam proyek-proyek di dunia nyata, dan pada akhir residensinya Glasser mulai mengumpulkan semuanya dan pada tahun 1962 dikenal sebagai realitas terapi.
Glasser menjadi yakin bahwa hal itu sangat penting bahwa klien menerima tanggung jawab pribadi untuk perilaku mereka. Pada awal 1980-an, Glasser sedang mencari sebuah teori yang bisa menjelaskan semua karyanya. Glasser belajar tentang teori kontrol dari William Powers, dan ia percaya teori ini memiliki potensi besar. Ia menghabiskan 10 tahun ke depan memperluas, merevisi, dan menjelaskan apa yang awalnya diajarkan. Pada tahun 1996 Glasser telah menjadi yakin bahwa revisi ini jadi telah berubah teori bahwa itu menyesatkan untuk terus menyebutnya teori kontrol, dan ia berubah nama menjadi teori pilihan menggambarkan semua yang ia kembangkan. Inti dari realitas terapi, sekarang diajarkan ke seluruh dunia, adalah bahwa kita bertanggung jawab terhadap apa yang kita pilih untuk dilakukan. Asumsi dasar adalah bahwa kita semua dapat mengontrol  kehidupan kita sekarang.

      C.    Hakikat Manusia
Teori pilihan berpendapat bahwa kita tidak dilahirkan sebagai papan tulis kosong yang menunggu untuk dimotivasi dari luar kekuatan dunia sekitar kita. Sebaliknya, kita dilahirkan dengan lima genetika yang dikodekan  kebutuhan kelangsungan hidup, cinta dan rasa memiliki, kekuatan atau prestasi, kebebasan atau kemerdekaan, dan kesenangan  hal itu yang mengendalikan semua kehidupan kita. Setiap dari kita memiliki  lima kebutuhan, tapi mereka bervariasi dalam kekuatan. Sebagai contoh, kita semua memiliki kebutuhan untuk cinta dan rasa memiliki, tapi sebagian dari kita membutuhkan lebih banyak cinta daripada yang lain. Teori pilihan didasarkan pada premis bahwa karena kita merupakan makhluk sosial memerlukan keduanya menerima dan memberikan cinta. Glasser (2001, 2005) percaya bahwa kebutuhan love and belong merupakan kebutuhan primer karena kita  membutuhkan orang  untuk  memenuhi kebutuhan lainnya. Hal ini kebutuhan sulit  karena untuk memuaskan  kita harus memiliki seseorang yang kooperatif untuk membantu kita memenuhi kebutuhan itu
Manusia digerakkan oleh kebutuhan-kebutuhan dasar yang asalnya bersifat genetik. Semua prilaku manusia mempresentasikan upaya untuk mengontrol dunia agar memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu dengan sebaik-baiknya. Orang tidak pernah terbebas dari kebutuhan-kebutuhannya dan, begitu terpenuhi, muncul kebutuhan lain. Kehidupan manusia adalah perjuangan konstan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan ini dan mengatasi konflik yang selalu muncul di antara mereka. Secara rinci Glasser menjelaskan kebutuhan-kebutuhan dasar  manusia, yaitu:
1.      Kelangsungan hidup (Survival)
Kehidupan fisik ini bertempat di otak tua yang berlokasi di sebuah kelompok kecil struktur yang terklaster di puncak tulang belakang. Gen orang mengistruksikan otak tuanya untuk melaksanakan semua kegiatan yang menjaga kelangsungan hidup yang mendukung kesehatan dan reproduksi.(kebutuhan memperoleh kesehatan, makanan, udara, perlindungan, rasa aman, dan kenyamanan fisik)
2.      Cinta dan rasa memiliki (Love and belonging)
Salah satu kebutuhan psikologis manusia adalah kebutuhannya untuk merasa memiliki dan terlibat atau melibatkan diri dengan orang lain. Beberapa aktivitas yang menunjukkan kebutuhan ini antara lain: persahabatan, acara perkumpulan tertentu, dan keterlibatan dalam organisasi kemahasiswaan.
3.       Kekuan atau prestasi (Power or achievemen )
Kebutuhan akan kekuasaan (power) meliputi kebutuhan untuk berprestasi, merasa berharga, dan mendapatkan pengakuan. Kebutuhan ini biasanya diekspresikan melalui kompetisi dengan orang-orang di sekitar kita, memimpin, mengorganisir, meyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin, menjadi tempat bertanya atau meminta pendapat bagi orang lain, melontarkan ide atau gagasan dan sebagainya.  
4.      Kebebasan atau kemerdekaan (Freedom or independence)
Kebebasan (freedom) merupakan kebutuhan untuk merasakan kebebasan atau kemerdekaan dan tidak tergantung pada orang lain, misalnya membuat pilihan (aktif pada organisasi kemahasiswaan), memutuskan akan melanjutkan studi pada jurusan apa, bergerak, dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
5.      Kesenangan (Fun)
Merupakan kebutuhan untuk merasa senang, dan bahagia. Pada anak-anak, terlihat dalam aktivitas bermain. Kebutuhan ini muncul sejak dini, kemudian terus berkembang hingga dewasa. Misalnya, berlibur untuk menghilangkan kepenatan, bersantai, melucu, humor, dan sebagainya.
      D.    Perkembangan Prilaku
1.      Struktur kepribadian
Ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, menurut Glasser orang tersebut mencapai identitas sukses. Ini terkait dengan konsep perkembangan kepribadian yang sehat, yang ditandai dengan berfungsinya individu dalam memenuhi kebutuhan psikologisnya secara tepat. Dalam proses pembentukan identitas, individu mengembangkan keterlibatan secara emosional dengan orang lain. Individu perlu merasakan bahwa orang lain memberikan perhatian kepadanya dan berfikir bahwa dirinya memiliki arti. Jika kebutuhan psikologisnya sejak awal tidak terpenuhi, maka seseorang tidak mendapatkan pengalaman belajar bagaimana memenuhi kebutuhan psikologis dirinya atau orang lain. Belajar bagaimana bertingkah laku yang bertanggung jawab merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan anak untuk mencapai “identitas sukses”.
Menurut Glasser ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, orang tersebut telah mencapai identitas sukses. Pencapaian identitas sukses ini terkait pada konsep 3R, yaitu keadaan dimana individu dapat menerima kondisi yang dihadapinya, dicapai dengan menunjukkan total behavior (perilaku total), yakni tindakan (acting), pikiran (thingking), perasaan (feeling), dan fisik (physiology) secara bertanggungjawab (responsibility), sesuatu realita (reality), dan benar (right), adapun konsep 3R yaitu:
1.      Tanggungjawab (Responsibility)
Merupakan kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhannya tanpa harus merugikan orang lain.
2.      Kenyataan (Reality)
Merupakan kenyataan yang akan menjadi tantangan bagi individu untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap individu harus memahami bahwa ada dunia nyata, dimana mereka harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam rangka mengatasi masalahnya. Realita yang dimaksud adalah sesuatu yang tersusun dari kenyataan yang ada dan apa adanya.
3.      Kebenaran (Right)
Merupakan ukuran atau norma-norma yang diterima secara umum, sehingga tingkah laku dapat diperbandingkan. Individu yang melakukan hal ini mampu mengevaluasi diri sendiri bila melakukan sesuatu melalui perbandingan tersebut ia merasa nyaman bila mampu bertingkah laku dalam tata cara yang diterima secara umum.


2.      Pribadi sehat dan bermasalah
a.      Pribadi sehat
Seseorang dikatakan memiliki pribadi sehat yaitu ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, menurut glasser orang tersebut mencapai identitas sukses. Pencapaian identitas ini terkait pada konsep 3R, dimana individu dapat menerima kondisi yang dihadapinya.
b.      Pribadi bermasalah
Pribadi bermasalah terjadi ketika seseorang gagal dalam memenuhi kebutuhannya. Apabila kebutuhan psikologisnya sejak awal tidak terpenuhi, maka seseorang tidak mendapatkan pengalaman belajar bagaimana memenuhi kebutuhan psikologis dirinya atau orang lain.
      E.     Hakekat Konseling
Praktek realitas terapi dapat dikonseptualisasikan sebagai siklus konseling , yang terdiri dari dua komponen utama: ( 1 ) membuat lingkungan konseling dan ( 2 ) menerapkan prosedur khusus yang mengakibatkan perubahan lingkungan. Seni konseling  adalah merancang semua komponen bersama-sama dengan cara memimpin konseli untuk mengevaluasi hidup mereka dan memutuskan untuk bergerak ke arah yang lebih  efektif.
Siklus konseling  dimulai dengan menciptakan hubungan kerja dengan klien. Hasil Proses melaluiexplorasi  dari keinginan ,kebutuhan, dan persepsi. Perilaku total konseli  mengeksplorasi mereka sendiri dan membuat evaluasi mereka sendiri seberapa efektif mereka dalam mendapatkan apa yangmereka inginkan. Jika konseli memutuskan untuk mencoba perilaku baru, mereka membuat rencana yang  akan mengakibatkan perubahan ,dan mereka berkomitmen untuk rencana tersebut. Siklus konseling termasuk menindaklanjuti  seberapa baik yang dilakukan konseli dan menawarkan lebih lanjut konsultasi sesuai kebutuhan.
      F.     Kondisi Pengubahan
1.      Tujuan
Tujuan utama dari realitas terapi kontemporer  adalah untuk membantu klien  terhubung atau menghubungkan kembali dengan orang-orang yang telah mereka pilih untuk dimasukkan ke dalam dunia kualitas mereka.Memenuhi  kebutuhan untuk cinta dan rasa memiliki, tujuan dasar dari terapi realitas adalah untuk membantu klien belajar lebih baik cara memenuhi semua kebutuhan mereka, termasuk kekuatan atau prestasi, kebebasan atau kemerdekaan, dan menyenangkan. Kebutuhan dasar manusia  berfungsi untuk melayani  fokus perencanaan dan menetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang . Wubbolding (2007a) menulis: bekerja dalam penerimaan social dan batas etis. Anda akan membantu klien menetapkan tujuan dicapai secara realistis untuk meningkatkan kesehatan, meningkatkan hubungan manusia, mendapatkan rasa control batin atau kekuasaan, menjadi lebih otonom, dan menikmati kehidupan .
2.      Sikap, peran dan tugas konselor
Terapi dapat dianggap sebagai proses mentoring di mana terapis sebagai guru dan konseli sebagai  siswa. Konselor realitas  mengajarkan konseli  bagaimana untuk terlibat dalam evaluasi diri, yang dilakukan dengan meningkatkan pertanyaan, “Apakah perilaku Anda dapat  mendapatkan apa yang Anda inginkan dan butuhkan?” peran konselor realitas adalah tidak membuat evaluasi terhadap konseli tetapi untuk tantangan konseli untuk memeriksa dan mengevaluasi perilaku mereka sendiri, dan kemudian membuat rencana untuk perubahan. Menghasilkan hubungan yang lebih baik, meningkatkan kebahagiaan dan  kontrol dalam kehidupan mereka (Wubbolding, 2007b).
Tugas konselor untuk menyampaikan gagasan bahwa tidak peduli seberapa buruk harapanJikakonselor mampu menanamkan rasa harapan inikonseli merasa

bahwa mereka tidak lagi sendirian dan dimungkinkan adanya perubahanFungsi konselor sebagai advocatatau seseorang yang di sisi konseliBersama-sama mereka bisa kreatif mengatasi berbagaikekhawatiran.

3.      Sikap, peran dan tugas konseli
Konseli bersikap terbuka terhadap konselor dan bersedia menjalani proses konseling, konseli menceritakan masalahnya kepada konselor dan memfokuskan pada apa yang diinginkannya. Konseli mengevaluasi tingkah lakunya sendiri, membuat dan menyepakati rencana saat konseli memutuskan untuk berubah dari tingkah laku gagal ke tingkah laku yang berhasil.


4.      Situasi hubungan 
Realitas terapi menekankan pemahaman dan mendukung hubungan, atau aliansi terapeutik, yang merupakan dasar untuk hasil yang efektif (Wubbolding & amp; Brickell, 2005). Meskipun hubungan terapeutik sangat penting, tidak berakhir dalam dirinya sendiri, dan hal ini tidak secara otomatis kuratif atau penyembuhan (Wubbolding et al., 2004).
Terapi realitas berlandaskan hubungan atau keterlibatan pribadi antara konselor dan konseli. Konselor dengan hangat, pengertian, penerimaan, dan kepercayaanya atas kesanggupan konseli untuk mengembangkan suatu identitas berhasil, harus mengkomunikasikan bahwa dia menaruh perhatian. Melalui keterlibatan pribadi dengan konselor, konseli belajar bahwa lebih banyak hal dalam hidup ini daripada hanya memusatkan perhatian kepada kegagalan, kesusahan, dan tingkah laku yang tidak bertanggung jawab. Konselor juga menunjukkan perhatiannya dengan menolak penyalahan atau dalih-dalih dari konseli. Konselor cukup menaruh perhatian untuk memandang konseli dari segi akan menjadi apa konseli  jika ia memutuskan untuk hidup dengan menghadapi kenyataan.
          G.    Mekanisme Pengubahan
1.      Tahap-tahap konseling
a.      Konselor menunjukkan keterlibatan dengan konseli (Be friend)
Pada tahap ini, konselor mengawali pertemuan dengan sikap hangat, dan menaruh perhatian pada hubungan yang sedang dibangun. Konselor harus dapat melibatkan diri kepada konseli dengan mempertlihatkan sikap hangat dan ramah. Hubungan yang terbangun antara konselor dan konseli sangat penting, sebab konseli akan terbuka dan bersedia menjalani proses konseling jika dia merasa bahwa konselor terlibat, bersahabat, dan dapat dipercaya. 
Seorang konselor perlu menunjukkan sikap bersahabat. Pada tahap awal, umumnya konseli menunjukkan tidak membutuhkan bantuan konselor, terlebih bila konseli tidak datang dengan sukarela. Meskipun konseli menunjukkan ketidaksenangan, marah, atau bersikap yang tidak berkenan, dan sebagainya, konselor harus tetap menunjukkan sikap ramah dan sopan, tetap tenang, dan tidak mengintimidasi konseli.
 Selain itu, keterlibatan konselor juga dapat ditunjukkan dengan sikap antusias. Konseli akan merasa bahwa ia benar-benar akan dibantu oleh konselor apabila konselor selalu menunjukkan sikap antusias.

b.      Want
Terapi realitas membantu konseli dalam menemukan keinginan dan harapan merekaKonselor bertanya"Apa yang kau inginkan?", konseli dibantu dalammenemukan apa yang mereka inginkan dari proses konseling dan dari dunia di sekitar merekaHal ini berguna bagi konseli untuk menemukan apa yang mereka harapkan daninginkan dari konselor dan dari diri mereka sendiriBagian dari konseling terdiri darimenjelajahi atau eksplorasi "picture album" (keinginan), kebutuhan, dan persepsi ataukualitas dunia konseli. Konseli diberi kesempatan untuk mengeksplorasi setiap aspek kehidupan mereka, apa yang mereka inginkan dari keluarga, teman, dan pekerjaan.
c.        Doing
Di awal konseling penting untuk mendiskusikan dengan konseli secara keseluruhan arah dari kehidupan mereka. Eksplorasi ini adalah awal untuk evaluasi berikutnya apakah itu adalah arah yang diinginkan. Menanyakan apa yang dilakukan konseli (doing), yaitu:konselor menanyakan secara spesifik apa saja yang dilakukan konseli, cara pandang dalam konseling realita, akar permasalahan konseli bersumber pada perilakunya (doing), bukan pada perasaannya. Misal, konseli mengungkapkan setiap kali menghadapi ujian ia mengalami kecemasan yang luar biasa. Dalam pandangan konseling realita, yang harus diatasi bukan kecemasan konseli, tetapi hal-hal apa saja yang telah dilakukannya untuk menghadapi ujian.
d.      Evaluation
Respon-respon konselor diantaranya menanyakan apakah yang dilakukan konseli dapat membantunya keluar dari permasalahan atau sebaliknya. Konselor menanyakan kepada konseli apakah pilihan perilakukanya itu didasari oleh keyakinan bahwa hal tersebut baik baginya. Fungsi konselor tidak untuk menilai benar atau salah perilaku konseli, tetapi membimbing konseli untuk menilai perilakunya saat ini. Beri kesempatan kepada konseli untuk mngevaluasi, apakah ia cukup terbantu dengan pilihanya tersebut. Kemudian bertanya kepada konseli apakah pilihan perilakunya dapat memenuhi apa yang menjadi kebutuhan konseli saat ini, menanyakan apakah konseli akan tetap pada pilihannya, apakah hal tersebut merupakan perilaku yang dapat diterima, apakah realistis, apakah benar-benar dapat mengatasi masalahnya, apakah keinginan konseli realistis atau dapat terjadi atau dicapai, bagaimana konseli memandang pilihan perilakunya, sehingga konseli dapat menilai apakah hal tersebut cukup membantunya, dan menanyakan komitmen konseli untuk mengikuti proses konseling.  
e.       Plans
Konseli berkonsentrasi membuat rencana untuk mengubah tingkah laku. Rencana menekankan tindakan yang akan diambil, bukan tingkah laku yang akan dihapuskan. Wubbolding berpendapat bahwa rencana terbaik adalah yang sederhana, dapat dicapai, dapat diukur, langsung, dan konsisten. Rencana juga dikendalikan oleh konseli dan terkadang dituangkan dalam bentuk kontrak tertulis yang menyebutkan alternatif-alternatif yang dapat dipertanggung jawabkan. Konseli kemudian diminta untuk berkomitmen terhadap rencana tindakan tersebut.
f.       Membuat komitmen
Konselor mendorong konseli untuk merealisasikan rencana yang telah disusunnya bersama konselor sesui dengan jangka waktu yang ditetapkan.
g.      Tidak menerima permintaan maaf atau alasan konseli
Konseli akan bertemu kembali dengan konselor pada batas waktu yang telah disepakati bersama. Pada tahap ini konselor menanyakan perkembangan perubahan perilaku konseli. Apabila konseli tidak atau belum berhasil melakukan apa yang telah direncanakannya, permintaan maaf konseli atas kegagalannya tidak untuk dipenuhi konselor. Sebaliknya, konselor mengajak konseli untuk melihat kembali rencana tersebut dan mengevaluasinya mengapa konseli tidak berhasil. Konselor selanjutnya membantu konseli merencanakan kembali hal-hal yang belum berhasil ia lakukan.
Pada tahap ini, konselor tidak memberikan hukuman, mengkritik, dan berdebat, tetapi hadapkan konseli pada konsekuensi. Menurut Glasser,  memberikan hukuman akan mengurangi keterlibatan konseli dan meyebabkan ia merasa lebih gagal. Saat konseli belum berhasil melakukan perubahan, hal itu merupakan pilihannya dan ia akan merasakan konsekuensi dari tindakannya. Konselor memberikan pemahaman kepada konseli, bahwa kondisinya akan membaik jika ia bersedia melakukan perbaikan itu. Selain itu, konselor jangan mudah menyerah. Proses konseling yang efektif antara lain ditunjukkan dengan seberapa besar kegigihan konselor untuk membantu konseli. Ada kalanya konseli mengharapkan konselor menyerah dengan bersikap pasif, tidak kooperatif, marah, atau apatis, namun pada tahap inilah konselor dapat menunjukkan bahwa ia benar-benar terlibat dan ingin membantu konseli mengatasi permasalahannya. Kegigihan konselor dapat memotivasi konseli untuk bersama-sama memecahkan masalah.  
h.      Tindak lanjut
Tindak lanjut merupakan tahap terakhir dalam proses konseling. Konselor dan konseli mengevaluasi perkembangan yang telah dicapai, konseling dapat berakhir atau dilanjutkan jika tujuan yang telah ditetapkan belum tercapai. 
2.      Teknik-teknik konseling
Dalam membantu konseli untuk menciptakan identitas keberhasilan, konselor bisa menggunakan beberapa teknik sebagai berikut:
a.       Terlibat dalam permainan peran dengan konseli
b.      Menggunakan humor
c.       Mengkonfrontasikan konseli dan menolak dalih apapun
d.      Menawarkan umpan balik
e.       Membantu konseli dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik bagi tindakan
f.       Membuat kontrak

       H.    Hasil-hasil Penelitian
1.      William Glasser
Prinsip-prinsip dan prosedur terapi realitas berhasil diterapkan pada sekolah, lembaga-lembaga pemelihara pemuda kecanduan obat, dan pusat rehabilitasi.
2.      Wubbolding & Brickell
Terapi Realitas telah berhasil digunakan dalam pengobatan kecanduan dan program pemulihan selama lebih dari 30 tahun.
      1.       Kelebihan dan Kelemahan
1.      Kelebihan
a.       Terapi realitas ini fleksibel dapat diterapkan dalam konseling individu dan kelompok.
b.      Terapi realitas tepat diterapkan dalam perawatan penyimpangan perilaku, penyalahgunaan obat, dan penyimpangan kepribadian.
c.       Terapi realitas meningkatkan tanggung jawab dan kebebasan dalam diri individu, tanpa menyalahkan atau mengkritik seluruh kepribadiannya.
2.      Kelemahan
a.       Terapi realitas terlalu menekankan pada tingkah laku masa kini sehingga terkadang mengabaikan konsep lain, seperti alam bawah sadar dan riwayat pribadi.
b.      Terapi realitas bergantung pada terciptanya suatu hubungan yang baik antara konselor dan konseli.
c.       Terapi realitas bergantung pada interaksi verbal dan komunikasi dua arah. Pendekatan ini mempunyai keterbatasan dalam membantu konseli yang dengan alasan apapun, tidak dapat mgekspresikan kebutuhan, pilihan, dan rencana mereka dengan cukup baik.





DAFTAR PUSTAKA
Corey, G. 2009. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy.Belmont, CA:Brooks/Cole
Corey, G. 2012. Theory and Practice of  Group Counseling. Belmont, CA:Brooks/Cole
Gladding, Samuel. 2012. Konseling Profesi yang Menyeluruh. Jakarta:PT. Indeks
Komalasari, Wahyuni, Karsih. 2011. Teori dan Praktik Konseling. Jakarta:PT. Indek
Nelson, R.J. 2011. Teori Praktik Konseling dan Terapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Design Blog, Make Online Money